Menjawab pertanyaan beberapa teman;
"Kok Ayra sudah disapih, belum 2 tahun?"
"Kenapa gak sabar saja, 4 bulan lagi sampai 2 tahun?"
"Gimana cara menyapihnya?"
Yup! Ayra secara agak mendadak saya sapih di usianya yang segera menginjak 20 bulan. Penyebab utama adalah puting saya yang selalu lecet ketika menyusui Ayra. Ya, se-la-lu, dan ini berlangsung 1 bulan lebih. Bahkan kalau saya bisa bilang, menyusui sampai berdarah-darah, literally berdarah sudah terjadi 3 kali. Sudah diolesi krim kulit, masih juga lecet. Saya sampai harus mencubit tangan Ario kalau lagi menyusui Ayra. Haha.
5 bulan lalu, saat Ayra masih 15 bulan, lecet-lecet ini juga sudah terjadi, bahkan bikin saya trauma menyusui. Sebab, keluar gumpalan darah kecil dari puting karena (ternyata) saya menahan lecet itu agak lama. Tapi, saya masih berniat menyusui sampai 2 tahun, kemudian saya datang ke dokter Laktasi. Menurut beliau, hal itu terjadi karena luka yang mengering di dalam, dan disarankan tetap menyusui lalu saya diresepi krim saja. Saya ikuti sebentar saran dokter itu, tapi karena saya masih trauma, saya coba-coba untuk menyapih saja. Ternyata, karena hati saya belum 100% mantap, alhasil Ayra rewel, saya selalu "menghindari" Ayra, habis itu menyesal banget. Mixed feeling. Dalam 2 hari percobaan menyapih itu gagal, saya menyerah, saya gak yakin, gak mantap, gak tega.
Menyusui adalah hal terindah yang pernah terjadi di hidup saya, sebuah kenikmatan menjadi Ibu. Setuju kan? Momen berharga untuk bisa melihat mata Ayra ketika menyusui, momen romantis ketika kangen Ayra, momen indah waktu Ayra terlelap di dada, dan momen-momen lainnya yang hanya bisa dirasakan Ibu & anak. Nikmat dunia.
Saya berjuang untuk ASI sesuai dengan kemampuan, tidak muluk2 untuk selalu pompa ASI 2 jam sekali, tidak muluk2 untuk memenuhi stok ASI di freezer, tidak neko-neko untuk mencoba berbagai ASI booster. Saya adalah Ibu yang menganggap ASI maupun susu formula adalah sama2 yang terbaik. Tidak pernah terlintas bagi saya membedakan anak ASI begini dan anak non-ASI begitu. We're moms, let's stop judging, start supporting!
Balik ke pembahasan menyapih Ayra di usia 20 bulan, kali ini tekad saya sedikit lebih bulat. Bisa dikatakan, 70% lah. Setiap kali nenen dan lecet, saya selalu bilang ke Ayra "sebentar saja ya nenen-nya", atau saya coba alihkan dengan "nanti malam yah nenen-nya kalau mau bobo saja", dan tanpa ragu saya menggantikan dengan "makan es krim saja yuk, Nak!". Segala usaha verbal saya coba, untuk mengurangi frekuensi menyusu karena perih yang saya rasakan. Ayra pun tampaknya mengerti.
Memang, terdengar sedikit dadakan proses sapih-menyapih ini. Ario mau berangkat business trip cukup lama dan saya tidak ada tangan yang bisa dicubit untuk menahan perih. Baru deh terlintas untuk menyapih.
Malam pertama, saya sangat terkejut dengan tidak-segitu-rewelnya Ayra ketika saya bilang "Nenen Ibu luka, Ayra bobo minum susu UHT ya". Ayra masih minta juga, dan saya tunjukkan payudara saya yang sudah diberi lipstick, haha, cheat! Ternyata cukup ampuh! Nangis sesaat, Ario putarkan lagu nina bobo, dalam 1 jam gelisah lalu Ayra tidur pulas.
Malam kedua dan ketiga, Ario sudah pergi, jadilah mbak menemani kita di kamar. Meyapih butuh orang ketiga, saya terbantu banget dengan bapak dan mbaknya Ayra, yang bisa menemani saya dan Ayra tidur, dan di siang hari. Sebelum tidur malam, Ayra gelisah guling kesana dan kemari 1 jam dan baru tidur tanpa merengek sedikitpun. Bangun jam 3 pagi, saya beri susu, lalu tidur lagi. Di malam ketiga, bahkan she slept through the night! Amazing!
Dari pengalaman ini, saya belajar perbedaan definisi "tega" dan "kemantapan". Kata teman-teman yang berpengalaman, "kunci menyapih adalah tega". Duh, siapa sih yang tega lihat anaknya nangis gerung-gerung berjam-jam? Saya mengganti "tega" dengan "mantap", saya memantapkan hati "it's a sign, saya harus menyapih. Menyusui should be fun, tapi dengan luka ini, saya tidak lagi merasa happy". Ternyata kemantapan saya ini, berbuah ke Ayra yang terlihat "kuat" & pengertian. Proud momma!
Secara gak sengaja, saya menyapih gradually secara frekuensi. Dari kalimat-kalimat yang menunjukkan saya kesakitan, dari pengalihan perhatian nenen menjadi hal lain, dari treat saya yang meyakinkan bahwa Ayra sudah besar, membuat jalannya proses ini sedikit lebih mudah.
Don't make her feel abandoned, ini jangan sampai terjadi! Kesalahan saya dulu, saya "kabur" dari Ayra yang nangis minta nenen kalau saya lagi kesakitan, "kabur" untuk pisah tidur dari Ayra. Kali ini justru kita tetap satu kasur dan saya selalu berada di sekitar Ayra. I changed the way to 'comfort' her! Menyapih bagi saya bukan "merebut" hak anak, tapi malah menggantikannya dengan atau untuk sesuatu yang lebih baik. Saya menggantikan "kenyamanan" nenen dengan memperbanyak skin contact dan eye contact. Lebih sering peluk, cium, dan bilang sayang, lebih dari hari-hari biasanya, sehingga Ayra yakin bahwa Ibu selalu ada.
I did repeat the magic words consistently; "Ayra sudah besar, sebentar lagi sudah tidak nenen ya", "Ayra nenen-nya sebentar saja yah, karena Ibu sakit", "Ibu tetap sayang Ayra, walaupun Ayra sudah gak nenen". Kalimat yang berulang ini saya yakin memudahkan Ayra untuk let go dari "kenyamanan"-nya.
Pastikan juga mood anak lagi happy, sehingga dia tidak merasa galau dan cranky. Saya biarkan Ayra main air di pool kecil di pagi dan sore hari, saya ajak Ayra ke kebun binatang, dan melakukan aktivitas seru ainnya. Yakin deh, kalau mood happy, proses menyapihnya jadi less drama.
Perubahan pada Ayra yang saya lihat setelah disapih adalah minum susu UHT lebih banyak dari hari-hari biasa, tidur malam lebih panjang & sleep better, tapi downsidenya Ayra jadi lebih sensitif, adanya hal-hal kecil yang bikin dia marah dan berteriak, misal: hanya karena minta balon, tidak suka dengan situasi, atau cuma karena diajak becanda temannya. Mungkin secara emosi masih perlu penyesuaian yah. Semoga cuma fasenya saja.
But, the thing is menyapih bukan proses yang harus cepat-cepat-an selesai, atau bahkan lama-lama-an menyusui. Tapi lebih kepada koneksi hati Ibu dan anak :)
But, the thing is menyapih bukan proses yang harus cepat-cepat-an selesai, atau bahkan lama-lama-an menyusui. Tapi lebih kepada koneksi hati Ibu dan anak :)
Enjoy breastfeeding while you (still) CAN!
Hii Mba Nucha :)
ReplyDeleteCan I have your email address? Setelah denger soundcloud tentang Fertility and TTC kamu dan Ario, aku jadi pengen tanya-tanya.
Thank you!
hi mba, emailku nucha.bachri@yahoo.com :)
Delete